Kamis, 13 November 2008

PANDANGAN IPTEK TERHADAP PEMANAZHAN GLOBAL

karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN - TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS - BERKUALITAS - IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN - AKUNTANSI - ILMU KOMUNIKASI - ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net


Rabu,31 Oktober 2007 23:05
Salah satu dampak pemanasan global adalah kecenderungan naiknya permukaan laut secara perlahan-lahan, ungkap Dr. Agus Supangat, Kepala Bid. Pelayanan Teknis, Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Non-Hayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP pada saat talkshow Sudut Bidik Iptek di QTV yang berdampingan dengan Dr. Fadli Syamsudin, MSc, Kepala Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana, BPPT yang membahas Dampak Pemanasan Global terhadap Aspek Kelautan, Rabu, 31 Oktober 2007.

Dr. Fadli menjelaskan, dampak lain terhadap aspek kelautan akibat meningkatnya kandungan CO2 di atmosfer menurut kajian model interaksi laut-atmosfer dewasa ini menimbulkan badai tropis di Samudera Pasifik (bulan Juni s/d November) dan Samudera Hindia (bulan Desember s/d Mei) yang semakin intens pada abad ke-21. Hal tersebut terbukti dengan bencana naiknya muka air laut yang meluap dan membanjiri pesisir pantai selatan Indonesia akibat alun dari badai tropis di Afrika Selatan dan datang bersamaan dengan Gelombang Kelvin yang menjalar di sepanjang Khatulistiwa Samudera Hindia menuju pantai Indonesia serta kondisi pasang tertinggi pada pertengahan Mei 2007 yang lalu. Kombinasi ketiga faktor di atas yang menimbulkan bencana ribuan rumah hancur diterjang gelombang setinggi 5-7 meter di sepanjang pesisir barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara termasuk kejadian yang jarang terjadi di Indonesia.

Menurut Dr. Agus, ada perbedaan tinggi permukaan air, maka ada arus lintas dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia, yang memungkinkan fenomena el-nino dan la-nina. Induksi akibat rotasi siklonik badai tropis masih berpengaruh pada 50 LS/LU, sementara wilayah selatan Indonesia yang dibatasi garis 11 LS berada di luar kisaran itu. Badai tropis sangat potensial di pantai selatan Samudera Hindia. Hal ini perlu diwaspadai oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Timor, dan pantai selatan Sumatera, dan gelombang juga bisa masuk ke selatan Lombok, Komodo, pantai Selatan Jawa Timur, Cilacap, dan Bali. Karena kalau temperatur naik 1-5°C, maka muka laut akan naik sekitar 10-100 cm. Prediksi tahun 2050, seluas 160 km² luas wilayah kota Jakarta akan hilang.

Badai tropis mengirimkan energinya lewat angin yang berhembus kencang di sepanjang perairan yang dilewatinya. Respon laut akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk gelombang yang menjalar mengikuti kontur batimetri dan teredam di perairan pantai akibat efek kedangkalan. Dalam hal badai tropis, energi yang disalurkan sangat besar menyebabkan volume air yang didorong ke arah pantai meningkat dengan tajam (storm surge). Apabila datangnya badai tropis tersebut bersamaan dengan saat pasang tinggi (high tide), maka badai pasang surut akan melanda wilayah pantai dan sekitarnya. Badai pasang surut ini menyebabkan kenaikan muka laut rata-rata yang dapat merusak bangunan di sekitar pantai ataupun banjir akibat meluapnya sungai.

Untuk mitigasinya dari segi teknologi, BPPT melakukan :Â (1) kerjasama dengan Jepang memasang Radar Atmosfer yang berfungsi menanggulangi bencana laut. Radar ini dipasang di Pontianak, Manado, Padang, dan Jakarta. BPPT juga konsent untuk meneliti laut dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya dengan 4 unit kapal riset. (2)membuat suatu Sistem Teknologi Buoy (tahun lalu) untuk Tsunami, tetapi mempunyai sensor untuk mengukur permukaan laut dan atmosfer (yang ditempatkan di ring Samudera Hindia dan di Selat Makassar). (3)melakukan kerjasama dengan BRKP-DKP merintis roadmap pemanasan global 10 tahun ke depan (dimulai tahun 2008). Melalui kerjasama ini diharapkan akan dapat solusi penurunan emisi karbondioksida, yaitu bagaimana memanfaatkan laut sebagai solusi untuk bisa mengikat karbon, dan pilot project untuk membuat pohon buatan di darat dengan rekayasa teknologi untuk menyerap CO2 yang berfungsi seperti pohon. (misal :Â di sepanjang jalan tol).

Sementara BRKP mempunyai program yang berhubungan dengan (1)aktivitas penduduk, yaitu memetakan daerah yang rentan bencana, (2)pengukuran (merupakan program nasional, a.l. bekerja sama dengan LIPI, BPPT, BMG) yang memerlukan observasi secara terus menerus, dan (3)penyusunan kebijakan dalam bentuk Ocean Policy, yaitu undang-undang yang berkaitan dengan pemanasn global. DKP juga melalukan roadshow sosialisasi ke daerah pesisir.

Saat ini BRKP mengadakan kerjasama internasional dibidang Aliran massa Air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia selanjutnya ke Indonesia, dan Perancis. Salah satu pengukuran yang dilakukan oleh BRKP sejak tahun 2003 sampai sekarang adalah pelelehan es yang berdampak sirkulasi akibat pemanasan global. Karena es yang meleleh akan mempengaruhi sirkulasi arus (seperti yang dibuat dalam film holywood tomorrow). Alat pengukur ini dipasang antara lain di selat Makassar dan Lombok.

Pada akhir perbincangan, Dr. Fadli menyampaikan perlunya jaringan monitoring, dan Dr. Agus menyampaikan pentingnya observasi untuk mendapatkan data, serta perlunya dana. Beliau menghimbau kepada generasi muda untuk terjun meneliti laut, karena negara kita mayoritas terdiri dari lautan.

Selengkapnya, saksikan Sudut Bidik Iptek yang akan ditayangkan minggu depan di QTV dan TV Swara setiap hari Senin, Selasa, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Selamat Menyaksikan ! (gime-adpdki)

Tidak ada komentar: